Ikan-Ikan Mistin Dikolam Cibulan
sore itu, objek wisata Kolam Cibulan, Kuningan, ramai sekali. Tetapi,
tidak semua anak girang. Afa berjalan cepat ke ruang ganti. Wajahnya
tegang.
Di dalam ruang ganti, Afa mendekati loker nomor 3. Ia menoleh ke kiri
dan kanan, memastikan tidak ada yang memperhatikan. Lalu, tangannya
cepat memutar kunci loker. Di dalam loker, ada baju dan sepasang sepatu
bola warna biru. Bajunya lusuh, tetapi sepatunya terawat dengan baik.
Sepatu itu sepatu bola kesayangan Dodi, sahabatnya.
Afa mengambil sepatu itu dengan cepat, menutupinya dengan handuk. Ia
lalu berlari keluar. Menemui Beni, teman sekelasnya, di bawah pohon
jambu di belakang ruang ganti.
“Ini”, Afa menyerahkan sepatu bola itu. Beni menerima sepatu itu dengan mata berkilat-kilat.
Seharusnya sepatu itu dipakai Dodi untuk pertandingan besok.
Pertandingan untuk mendapatkan posisi kapten tim di sekolah mereka.
Seperti Dodi, Beni sudah lama mengincar posisi itu.
Kalau Dodi tidak bisa menemukan sepatu andalannya, permainan Dodi pasti
kacau! Begitu pikir Beni. Seingat Beni, permainan bola Dodi semakin
keren sejak ia memakai sepatu itu.
“Oke. Ini tugas-tugas dan PR-mu” Beni menyerahkan segepok kertas dan
buku. Itulah imbalan untuk Afa, karena telah berhasil mencuri sepatu
Dodi. Afa tersenyum sekilas. Beni telah membuatkan tugas-tugas dan PR
Afa. Ini akan menyelamatkan nilaiku, pikir Afa.
Afa cepat-cepat kembali ke ruang ganti, lalu pergi ke lokernya
sendiri, loker nomor 10. Disimpannya kertas-kertas tugas dan buku PR-nya
di situ. Afa lalu melangkah keluar dari ruang ganti dan…
“Bruk!” ia menabrak seorang bapak di luar kamar ganti sampai jatuh. Bapak itu adalah pawang ikan di Kolam Cibulan.
“Eh… Maaf, Pak”, Afa mengulurkan tangan untuk membantu Pak Pawang berdiri.
“Tidak apa-apa”, jawabnya. Afa berpaling hendak pergi, tetapi Pak Pawang memanggilnya.
“Kamu tahu legenda ikan-ikan di Kolam Cibulan ini?” tanyanya sambil
memandangi kolam yang dipenuhi anak-anak yang berenang. Ya, anak-anak
itu sedang berenang bersama ikan-ikan yang menurut legenda sekitar,
mistis!
Afa mengangguk. Menurut legenda, ikan-ikan itu adalah jelmaan prajurit Prabu Siliwangi yang berkhianat.
“Memang pantas begitu, ya. Pengkhianat memang pantas jadi ikan!
Bayangkan, di depan orang baik-baik, bersikap seperti sahabat, tetapi di
baliknya… huh! Merugikannya!” Pawang itu tampak amat garang sampai Afa
mundur ketakutan.
“Konon, ikan-ikan ini sangat pandai mengendus pengkhianat. Jika sudah
diendus, si pengkhianat akan berubah menjadi ikan!” lanjutnya lagi.
Matanya tiba-tiba tajam menatap Afa.
“A… aku…” Afa tergagap, lalu langsung lari masuk kolam, berusaha menghindari tatapan tajamnya.
“Ke mana saja, Fa? Lama sekali!” Dodi menyambutnya. Afa diam saja, hanya menggeleng pelan.
Tiba-tiba, cipak… cipak… ikan-ikan di Kolam Cibulan terasa mendekati
Afa. Banyak sekali! Semua seperti mengelilingi Afa. Afa mundur
ketakutan. Ia menghindar ke kanan, ikan-ikan itu ikut ke kanan. Afa ke
kiri, ikan-ikan itu ikut ke kiri. Sisik mereka yang kehitaman tampak
licin berkilat-kilat. Afa bergidik ketakutan.
“Lho, ikan-ikan itu, kok, seperti mengejarmu, sih?” Dodi bertanya heran.
“Aduh, enggak tahu, nih”, jawab Afa kalut.
Tangannya berusaha menepis ikan-ikan yang semakin mendesaknya di sudut
kolam. Diingatnya kata-kata Pawang Ikan. Masak, sih, ikan-ikan ini bisa
mengendus pengkhianat?
Pak Pawang Ikan menatapnya tajam. Ikan-ikan berkecipak semakin mendesaknya.
Dan, di suatu tempat di ujung kolam yang jauh sekali, di tengah
keramaian, Afa seperti melihat harimau. Ah, menurut cerita, saat
meninggal, Prabu Siliwangi berubah wujud menjadi harimau! Jangan-jangan
beliau hendak mengubahnya menjadi ikan di kolam!
“Aaaah!” pekik Afa, tidak tahan lagi.
“Maaf…”, tangisnya. Afa mengakui perbuatannya kepada Dodi.
Dodi kaget sekali, tetapi ia lalu tertawa.
“Ah, tidak usah pakai sepatu itu juga tidak apa-apa, kok. Aku kan, masih
punya sepatu bola yang lama. Masih bisa dipakai, kok,” senyumnya.
“Tapi kata Beni, kamu semakin jago sejak pakai sepatu itu. Katanya
sepatu itu sudah seperti jimatmu, sepatu keberuntungan!” dahi Afa
berkerut.
“Jimat? Ada-ada saja! Mana ada jago sepakbola gara-gara sepatu! Aku cuma
rajin latihan saja, kok. Kamu, sih, terlalu percaya takhayul,” kilah
Dodi, membuat Afa malu, mengingat betapa ia tadi ketakutan karena
ikan-ikan Cibulan. Walau begitu, Afa lega telah mengakui perbuatannya.
Besok, ia akan mengembalikan semua tugas dan PR yang telah dibuatkan
Beni.
Pak Pawang Ikan memandang mereka dari kejauhan sambil tersenyum.
Sukses juga siasatnya. Ia sempat mendengar rencana Beni dan Afa. Ia jadi
ingin menakut-nakuti Afa supaya kapok.
Saat bertabrakan tadi, diam-diam Pak Pawang Ikan menyelipkan segepok
makanan ikan ke kantung celana Afa. Karena itu, ikan-ikan di kolam sibuk
mengejar Afa!
Pak Pawang tidak tahu kalau yang akhirnya membuat Afa mengaku adalah sosok harimau di ujung kolam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar